Gerakan Transformatif


Triyanto P. Nugroho

Apa yang dilakukan Hatta ketika dibuang ke Digul? Ia membagi waktunya dengan membaca, belajar, bekerja di dapur menanak nasi dan sayuran, serta yang paling penting: mengajar! Waktu dipindahkan ke Banda Neira pun tetap sama. Ia mengajar anak Tjipto Mangunkoesomo.
Hatta, dan Syahrir yang bersamanya, selalu bersama dengan massa. Berjuang dengan berada langsung ditengah-tengah rakyat. dalam istilahnya, Hatta maupun Syahrir –juga pendiri bangsa lain-, adalah tranformator yang berada dalam tengah massa dan memimpin perubahan.
***
Berbeda dengan gerakan mahasiswa/pemuda saat ini. Kecenderungan yang kita dapati –minimal dalam berbagai berita media massa- ialah gerakan mahasiswa/pemuda jarang melibatkan rakyat dalam setiap aksinya. Para aktivis condong pada akses vertikal dan perubahan kebijakan semata. Lantas, kampus –dalam istilah Muh. Yunus- hanya menjadi menara gading.
Akibatnya aktivis “menganggap” bahwa cukup mempunyai jaringan dan mobilitas politik vertikal. Dengan itu mereka berharap dapat melakukan perubahan sosial tanpa perlu bersentuhan langsung dengan rakyat. Rakyat cukup menerima hasil tapi minus upaya pencerdasan politik.
Alhasil, gerakan menjadi sekadar mobilitas politik. Ketergantungan terhadap akses politik menghinggapi gerakan mahasiswa. Istilah masyarakat madani (civil society) menyempit menjadi sekedar intelektual dan mahasiswa kritis semata, yang akan dimintai sarannya saat public hearing ketika elit politik hendak mengambil keputusan.
***
Sejarah telah membuktikan, bahwa perubahan sosial mutlak memerlukan pelibatan langsung dalam lumpur gerakan rakyat. Mahasiswa yang mendapatkan berbagai “pencerahan” di kampus, harus mampu menularkan “cahaya” itu di tengah masyarakat pula.
Minke –tokoh utama dalam tetralogi Pulau Buru, karya Pram- adalah gambaran bahwa revolusi itu lahir dan besar didalam massa. Gerak massa ini memerlukan pendidikan. Memerlukan cara sekaligus arah yang ditunjukkan oleh para intelektual. Bagi Gramsci, intelektual yang dibutuhkan ialah “intelektual organis”. Intelektual yang berada di tengah-tengah massa dan memimpin perubahan massa.
Dus, pilihan gerakan mahasiswa/pemuda adalah membangun kapasitas kelompok rakyat agar dapat melakukan pembelaan hak mereka sendiri, atau menjadi pemimpin dalam tingkat rakyat yang marjinal. Pram menyampaikannya dalam ungkapan berikut: rakyat dididik melalui organisasi, pemerintah dididik melalui perlawanan. Gerakan transformatif!

Ketua BEM FISE 2009